Terdapat beberapa sumber literatur yang menyinggung perihal
falsafah kepemimpinan orang jawa. Sumber sumber literatur (karya sastra) jawa
yang menyinggung tentang falsafah kepemimpinan orang jawa tersebut antara lain
serat sastra gendhing, serat wulang jayalengkara, serat witaradya, hasta brata,
dan 10-M, berikut diuraikan butir-butir falasafah kepemimpinan orang jawa yang
penulis kutip dari masing-masing sumber.
Serat Sastra Gendhing
Serat sastra gendhing merupakan gubahan raden mas jatmika atau raden mas
rangsang yang menjadi raja mataram keempaat dengan gelar sultan agung adi prabu
hanya krakusuma, sultan abdullah muhamad maulana mataram susuhunan
hanyakrakususma, panembahan hanyakrakususma prabu pandita hanyakrakususma, atau
senapati –ing-ngalaga sayodin panatagama pada yaahun 1613-1645
Dalam serat sastra gendhing telah menyinggung perihal falsafah kepemimpinan
orang jawa yang diterapkan oleh sultan agung selama melaksanakan tugas dan
kewajibanya sebagai raja di kesultanaan mataram. Dalam prinsip-pronsipnya
falsafah kepemimpinan sultan agung selalu berpedoman pada tujuh amanah, antara
lain.
1. Swadana
Maharjeng Tursita
Pengertian dari Swadana maharjeng tursita adala
seorang pemimpin harus memiliki intelektual yang tinggi, berilmu, jujur, pandai
menjaga nama, serta mampu menjalin komunikasi dengan baik dengan berdasrkan
pada prinsip-prinsip kemandirian
2. Bahni
Bahna Amurbeng Jurit
Pengertian dari Baahni
bahna amurbeng jurit adalah seorang pemimpin hendaklah senantiasa berada di
depan untuk memeberikan suri tauladan dalam memmbela keadilan dan kebenaran.
Hal ini selaras dengan pendapat ki hadjar dewantoro yang menyaatakan bahwa
seorang pemimpin harus di depan untuk memberi tauladan (ing ngarsa sung
tuladha).
3. Rukti Setya Garba
Rukmi
Pengertian dari Rukti
setya garba rukmi adalah seorang pemimpin harus memiliki tekad bulat dalam
menghimpun segala potensi demi kemakmuran serta keluhuran martabat bangsa.
4. Sripandayasih Krani
Pengertian dari
Sripandayasih krani adalah seorang pemimpin harus bertekad di dalam menjaga
sumber-sumber ksucian agama dan kebudayaan, agar bermanfaat bagi seluruh
masyarakat.
5. Hauguna Hasta
Pengertian dari Hauguna hasta adalah seorang pemimpin harus mengembangkan seni
sastra, seni suara, seni tari dan lain-lain guna mengisi peradaban bangsa.
6. Stiranggana Cita
Pengertian dari Stiranggana cita adalah seorang pemimpin harus berperan sebagai
pelestari sereta pengembang budaya, pencetus sinar pencerahan ilmu dan pembawa
obor kebahaagiaaan bagi umat manusia.
7. Smara Bhumi Adi Manggala
Pengertian dari Smara bhumi adi manggala adalah seorang pemimpin harus bertekad
mempertahankan serta menjadi pelopor pemersatu berbagai kepentingan yang
berbeda beda secara secar kontinyu serta berperan dalam menciptakan perdamaian
dunia.
SUMBER :
Sri
Wintala Achmad. Falsafah Kepemimpinan Jawa, Soeharto, Sri Sultan HB IX,
& Jokowi.
(Yogyakarta: Araska 1991), h. 27-29
4. Sripandayasih Krani
5. Hauguna Hasta
6. Stiranggana Cita
7. Smara Bhumi Adi Manggala
Tidak ada komentar:
Posting Komentar